Senin, 03 Desember 2012

kesehatan mental guru dan siswa


KESEHATAN MENTAL GURU DAN MURID DI SEKOLAH


KATA PENGANTAR
     Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur  kami panjatkan  kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmah dan inayahnya sehingga  penulis diberikan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
                   Shalawat serta salam  selalu  kami curahkan kepada uswah tercinta kita Nabi Muhammad Saw.Yang telah membawa kita dari  zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti sekarang ini.
Dan kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini .Terutama kepada Bapak Dudung Hamdun selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan.Yang telah membantu dan membimbing dalam proses pembuatan makalah ini.
                   Harapan kami semoga makalah yang kami tulis dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
                   Akhirnya penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Usul dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah kami.
  Wa’alaikum salam Wr.Wb
                                                                                        Yogyakarta,25 Nopember 2012


                                                                                        Penulis




DAFTAR ISI

     KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kesehatan Mental............................................................... 2
B. Kesehatan Mental di Sekolah............................................................... 4
C. Karakteristik Mental yang Sehat ......................................................... 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... iii











BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Di negara kita Kesehatan Mental baru berkembang sekitar 50 tahun yang lalu, sehingga Pemerintah dan masyarakat pada umumnya belum banyak menaruh minat padanya. Meskipun demikian, mengingat semakin pesatnya arus urbanisasi dan adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh lingkungan di mass media. Maka masyarakat pada umumnya dan masyarakat di sekolah pada khususnya harus segera disosialisasikan untuk menghindari stress, konflik, kekecewaan, ketegangan, ketakutan dan sebagainya.
Sekolah adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa anak. Hal ini karena interaksi anak dengan guru di sekolah cukup intensif dan berlangsung lama. Maka sekolah tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan, melainkan juga membentuk watak di kepribadian anak.
Orang tua perlu memperhatikan keadaan sekolah anaknya, karena apabila tidak sesuai dengan keadaan di rumah. Sekolah dapat menjadi sumber stress bagi anak dan akan mengacaukan perkembangan kepribadian yang telah disusun di rumah. Maka sekolah harus sadar akan peran dan tugasnya. Kesehatan mental dalam sekolah haruslah ditegakkan, untuk itu fungsi guru memegang peranan yang sangat penting disamping faktor-faktor yang lain. Dalam dunia pendidikan anak, peran orang tua dab sekolah tidaklah berdiri sendiri-sendiri melainkan berpasangan. Komunikasi antara orang tua dan guru sangat penting.
Maka dari itu dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pentingnya kesehatan mental guru dan murid di sekolah.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kesehatan Mental
Sehat dan sakit merupakan kondisi biopsikososial yang menyatu padu dengan kehidupan umat manusia. Keadaan yang sehat atau sakit tersebut terus saja terjadi dalam kehidupan di dunia. Manusia atau individu akan memerankan sebagai orang yang sakit atau orang yang sehat.
Notosoedirdjo dan Latipatun (2002) mengemukakan bahwa konsep sehat dan sakit adalah bahasa sehari-hari yang terjadi sepanjang sejarah manusia di muka bumi ini dan dikenal meluas di semua kebudayaan. Kita semua menyadari bahwa kesehatan fisik maupun mental adalah sama-sama penting diperhatikan. Adanya gangguan pada salah satu atau kedua-duanya dari kesehatan fisik atau mental tersebut dapat menjadi hambatan bagi kita. Namun, praktiknya dalam kehidupan bermasyarakat kesehatan secara fisik lebih dikedepankan dibandingkan kesehatan mental. Meski demikian sangat sulit menentukan batasan-batasan secara eksak mengenai pemahaman sehat dan sakit secara universal.
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan gejala-gejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi penyakit dan menentukan obat yang tepat. Definisi mereka berdua menunjukan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui pendekatanhygiene mental.
Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan sebagai berikut :
1)      Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis).
Pengertian ini terelihat sempit, karena yang dimaksud dengan orang yang sehat mentalnya adalah mereka yang tidak terganggu dan berpenyakit jiwanya. Namun demikian, pengertian ini banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiatri (Sururin,2004: 142)
Kembali pada istilah neorosis, pada awalnya kata tersebut berarti ketidakberesan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli penyakit dan ahli psikologi menyadari bahwa ketidakberesan tingkah laku tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketidakberesan susunan syaraf, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain, maka aspek mental (psikologi) dimasukkan pula dalam istilah tersebut.
2)      Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
3) Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
4) Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin.  (Sururin,2004: 144).
B.     Kesehatan Mental di Sekolah
Sekolah adalah salah satu lembaga sekunder yang mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa anak. Sekolah bukan hanya berfungsi untuk mencerdaskan , tapi juga membentuk watak dan kepribadian anak. Orangtua perlu memperhatikan keadaan sekolah anaknya karena apabila tidak sesuai dengan kebudayaan rumah anak. Dan apabila tidak berfungsi dengan baik, maka sekolah akan menjadi sumber stress bagi anak dan akan mengacaukan perkembangan anak itu sendiri yang telah disusun dirumah.
Disinilah fungsi guru memegang perann yang sangat penting disamping factor- factor lain. Dalam pendidikan anak, peran guru dan orang tua harus seimbang dan komunikasi sangatlah penting peranannya disini. Beberapa hal yang akan dibahas disini antara lain: (1) hubungan antara kepribadian guru dan tingkah laku murid, (2) persoalan kepribadian didalam kelas, dan (3) membantu murid mengenai kesukaran- kesukarannya.
Secara langsung maupun tak langsung guru merupakan factor terpenting dan menentukan tinggi rendahnya tingkat kesehatan muridnya.

1.      Kesehatan Mental bagi Guru
Apabila ditinjau dari segi kesehatan mental sekolah seharusnya diusahakan agar (1) dalam pemilihan untuk menentukan guru, kesehatan mental dipakai sebagai factor persyaratan, (2) menghilangkan hal- hal yang dapat mengganggu kesehatan jiwa guru, misalnya  gaji yang tidak cukup, tugas pekerjaan yang terlalu banyak, persoalan  administrasi yang terlalu rumit, (3) mengadakan  pertemuan pertemuan diantara guru- guru  yang dapat mempunyai efek penyembuhan ( group therapeutic session) agar guru- guru dapat meninjau kondisinya denga lebih objektif, dan (4) menganjurkan kepada guru  yang sekiranya mentalnya tidaklah begitu sehat untuk usaha penyembuahan kepada pihak- pihak kompeten.
2.      Kesehatan Mental bagi Murid
Mengingat betapa besarnya pengaruh kesehatan mental terhadap fisik dan psikis, maka siswa perlu di bina, dicegah berkembangnya macam-macam gangguan maupun penyakit mental sedini mungkin. Peran guru sangat diperlukan disamping orang tua dan lingkungan, karena persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa sebagian besar di sekolah. Perlu di ingat oleh guru bahwa setiap kasus haruslah ditanggapi sendiri-sendiri, dan kelainan tingkah laku itu dapat berasal dari macam-macam sebab. Beberapa sebab yang dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri  siswa adalah sebagai berikut:
1)      Sifat Menifestasi dari Rasa Tidak Aman
Rasa tidak aman dapat dilukiskan sebagai suatu sikap atau keyakinan individu bahwa dia itu tidak disukai oleh orang-orang, tidak mampu mengerjakan sesuatu, dan perasaan tidak aman atau jiwanya terancam.
Dalam hal demikian guru dapat memberikan jasanya kepada siswa (anak) dengan menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Cara ini akan memberikan kepercayaan kepada siswa bahwa masih ada juga orang yang mencintai dirinya. Guru dapat membantu mengurangi ketegangan siswa dengan jalan menyuruh siswa menggambar, menulis, dan bercakap-cakap dengan gurunya untuk mengeluarkan isi hatinya.
2)      Manifestasi dari Rasa Kurang Harga Diri
Pada beberapa situasi seseorang cukup mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri, masih dapat juga timbul kurang percaya pada diri sendiri. Pada seseorang yang kurang dapat menyesuaikan diri tampak rasa kurang harga diri pada sebagian besar dari tingkah lakunya. Di kelas anak-anak demikian ini dapat ditemuai dalam bentuk selalu membuat kegaduhan baik dengan bbersuara, gerakan-gerakan kakinya maupun tangannya dengan maksud mencari perhatian.
Pada guru-guru yang mengajar di sekolah menengah harus menyadari bahwa siswa yang menginjak usia dewasa adalah sedang dalam periode yang kritis untuk timbul rasa kurang harga diri. Dalam hal ini diskusi kelompok akan dapat membantu, hal ini dapat dibuat sedemikian rupa sehingga mengerti persoalannya.
3)      Manifestasi Rasa Bermusuhan
Rasa bermusuhan adalah faktor yang penting dari beberapa jenis gangguan penyesuaian diri. Rekasi cemas, suatu bentuk dari neurosa, timbul dari impuls-impuls bermusuhan dari bermacam-macam jenis.
Guru memegang peranan yang sangat penting, sebab dia dapat membantu dengan mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk membantu murid dan nantinya akan mengubah suasana kehidupan bagi siswa yang dapat memberi efek terapi.
Setelah memahami pengertian mental hygiene (ilmu kesehatan mental) dan beberapa sebab gangguan penyesuaian diri, guru harus memperkenalkan kepada siswa tentang pentingnya kesehatan mental, agar siswa mampu menangani atau menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Situasi yang sering dihadapi siswa adalah relasi emosional yang negatif dengan guru, suka memberontak terhadap aturan dan disiplin sekolah, menentang otoritas guru, pendidik dan lain-lain.

C. Karakteristik Mental yang Sehat
1. Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
  1. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak. 
  2. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).

ASPEK PRIBADI
KARAKTERISTIK
Fisik
Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis
Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki Insight dan rasa humor.
Memiliki respons emosional yang wajar.
Mampu berpikir realistik dan objektif.
Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat kreatif dan inovatif.
Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial
Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius
Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.

Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :
  1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy) 
  2. Perasaan tidak aman (insecurity) 
  3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence) 
  4. Kurang memahami diri (self-understanding) 
  5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial 
  6. Ketidakmatangan emosi 
  7. Kepribadiannya terganggu 
  8. Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).
Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin.  
 Adapun karakteristik mental yang sehat adalah:
1.      Terhindar dari gangguan jiwa
2.      Dapat menyeseuaikan diri
3.      Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
4.      Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain











DAFTAR PUSTAKA
Yustinus, Semium. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Daradjat, Zakiah. 1972. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Fahmi, Mustofa. 1977. Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyaraka. Jakarta: Bulan Bintang.
Kartono, Kartini. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.
Atmaja Prawira, Purwa. 2012. Psikologii Pendidikan Islam dalam Perspektif Baru. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Suryanto. 2012. Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Siswa. Yogyakarta: UNY Press.










1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus